Tidak itu saja, novel-novel ini rupanya juga telah mencuri perhatian produser untuk diangkat ke layar kaca. Hasilnya tidak mengecewakan, kebanyakan novel-novel ini menjadi box office. Novel merupakan sebuah karya sastra yang berbentuk prosa, naratif, dan fiksi.

Namun, hingga kini novel tetap merajai genre fiksi. Contoh novel yang telah menghebohkan dunia adalah Twilight, Harry Potter, Lords Of The Rings, The Cronicles of Narnia, dan lain-lain.

Film-film tersebut seperti edisinya yang best seller, saat diangkat ke dalam film pun ternyata merajai tangga box office tanah air. Beberapa contoh novel dalam negeri yang sukses di pasaran sekaligus merajai box office adalah sebagai berikut ini.
Ayat-ayat Cinta

Sebelum film Ayat-Ayat Cinta memang ada film-film lainnya yang juga diangkat dari sebuah novel misalnya Ronggeng Dukuh Paruk. Namun, di era 2000-an film ini begitu fenomenal walaupun kisah di film banyak membuat penggemar novelnya kecewa.
Hanung Bramantyo sebagai sutradara film ini, menjadikan film yang diangkat dari contoh novel inspiratif sedikit berbeda dengan apa yang ada di dalam novel. Beberapa alur cerita ditambah dan dikurangi sehingga membuat film ini tidak mirip dengan versi novelnya.
Ayat-Ayat Cinta adalah contoh novel Islami yang mendapatkan sambutan luar biasa di pasaran.
Film ini termasuk film religi, namun memang memerlukan beberapa catatan untuk membuatnya sempurna.
Hanung termasuk sutradara yang berani mengubah alur dan cerita Ayat-Ayat Cinta yang telah memiliki penggemar di pasaran.

Banyak penggemar novelnya yang menginginkan untuk melihatnya secara langsung di layar kaca.

Laskar Pelangi
Laskar Pelangi menjadi contoh novel inspiratif, namun tetap dapat diterima oleh pembaca.
Bahkan novel ini telah menjadi novel terlaris sepanjang sejarah novel di Indonesia.
Laskar Pelangi merupakan contoh novel dengan genre yang melawan arus.
Di
saat novel-novel lainnya bermunculan dengan cerita cinta, dan
gemerlapnya kehidupan, Laskar Pelangi malah bercerita tentang kehidupan
bersahaja namun penuh inspirasi dari sepuluh murid SD Muhammadiyah di
Belitong. Bahkan novel ini telah menjadi novel terlaris sepanjang sejarah novel di Indonesia.
Laskar Pelangi merupakan contoh novel dengan genre yang melawan arus.
Tidaklah mengherankan jika karya Andrea Hirata ini menjadi pusat perhatian. Novel Laskar Pelangi telah menjadi perbincangan banyak penggemar novel di Indonesia.
Tidaklah mengherankan jika Riri Riza ingin mengangkatnya ke dalam film agar dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia. Film adaptasi dari novel Laskar Pelangi ini dirilis saat lebaran.

Riri Riza telah berhasil menangkap gambaran bagaimana kondisi Laskar Pelangi saat itu. Laskar Pelangi menjadi film keempat sepanjang sejarah yang ditonton oleh 4,6 juta jiwa.

Bacaan Shalat Delisha

Novel ini menceritakan tentang kisah gadis kecil Delisa yang kehilangan keluarganya sekaligus mendapatkan ujian yang berat saat itu. Delisa merupakan anak bungsu dari pasangan Umi Salma dan Abi Usman. Menurut kebiasaan, siapa saja yang sudah dapat menghafalkan bacaan shalat maka akan mendapatkan kalung dari Umi Salma.

Pada tanggal 26 Desember Delisa akan menghadapi ujian bacaan shalat di sekolah. Dengan penuh semangat Delisa mengikuti ujian bacaan shalat, dan mengamalkan arti shalat khusyu’. Namun, sebuah peristiwa besar terjadi dan menenggelamkan seluruh Lok Nga.

Bahkan para relawan luar negeri pun juga turut tersentuh dengan ketegaran Delisa saat kehilangan orang-orang tercinta, dan juga sebelah kakinya.
Film ini sukses mengantarkan genre religi sebagai pilihan film keluarga yang mendidik dan penuh makna.
Negeri 5 Menara
Emak Ingin Naik Haji
Dibintangi oleh Reza Rahardian, dan Atty Cancer, Emak Ingin Naik Haji telah sukses mengantarkan genre religi ke dalam layar lebar.
Emak Ingin Naik Haji menceritakan tentang keinginan Emak (Atty Cancer) untuk menunaikan ibadah haji.
Walaupun memiliki keterbatasan kendala, karena kemiskinan yang membelitnya. Tapi, tekad kuat emak akhirnya meluluhkan hati sang anak (Reza Rahardian).
Dengan segala daya upaya sang anak akhirnya berupaya untuk mewujudkan keinginan sang emak.
Film Emak Ingin Naik Haji telah mencuri perhatian penonton Indonesia di antara tayangan yang kurang mendidik lainnya.
Novel besutan Ahmad Fuadi ini berhasil menyegarkan genre novel di Indonesia yang terkadang jemu dengan kisah cinta.
Novel ini mengisahkan tentang kisah persahabatan enam orang sahabat yang berada dalam sebuah pesantren di Pulau Jawa.
Keenam sahabat ini memiliki keinginan dan cita-cita yang tinggi. Dengan “mantra” man jadda wa jada. Mereka berusaha untuk meraih cita-citanya.
Keenam sahabat ini memiliki sebuah kebiasaan unik berkumpul di bawah menara masjid dan berdiskusi akan banyak hal. Mereka menamakan diri dengan “shahibul menara” atau para pemilik menara.
Negeri Lima Menara juga sukses difilmkan oleh Kompas Gramedia. Dengan penulis skenario Salman Aristo, film ini menjadi pilihan tersendiri untuk siapa pun yang berkeinginan dalam meraih cita-cita dan mengejar impiannya setinggi langit.
Mengambil lokasi syuting di Pondok Modern Darussalam Gontor, film ini menghadirkan wajah-wajah baru yang memerankan keenam sahabat tadi.

Kalimat yang dijadikan bahan pengajaran saat itu adalah man jadda wa jada. Barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil.

Kalimat inilah yang kemudian menjadi ruh dalam alur cerita novel bergenre religi ini. Contoh novel inspiratif di atas semoga dapat mengilhami setiap penulis dan pembaca untuk menjadi lebih baik dan memiliki cita-cita mulia dalam hidupnya.
Sumber Artikel : Anneahira.com
0 komentar:
Posting Komentar
Tulis lah Komentar Yang Berbobot