Selasa, 28 Agustus 2012

Peran Latar dalam Karya Sastra

Banyak pembaca yang mungkin sudah mengetahui bahwa setting atau latar merupakan salah satu bagian dari sebuah karya sastra. Namun, tahukah Anda bagaimana peranan latar dalam sebuah karya sastra? Sebelum kita mulai bahasan tentang latar ini lebih dalam, penulis akan mengajak pembaca untuk mengingat kembali unsur-unsur pembentuk karya sastra secara umum.

Sekilas Tentang Unsur-Unsur Pembentuk Karya Sastra

Sebagaimana kita tahu, sebuah karya sastra dibentuk oleh berbagai unsur yang saling bergantung. Setidaknya terdapat dua unsur utama pembentuk karya sastra., yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Kedua unsur pembentuk karya sastra tadi memiliki bagian-bagian lain yang memiliki peran tersendiri. Berikut adalah penjelasan singkat dari bagian-bagian unsur pembentuk karya sastra.
1.    Unsur Intrinsik
Sebuah karya sastra tidak bisa dipisahkan dari yang namanya unsur intrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang secara langsung hadir atau muncul di dalam sebuah karya sastra. Sebuah karya sastra akan jadi menarik jika setiap unsur di dalamnya memiliki keterkaitan sangat kuat. Lantas, apa sajakah yang termasuk ke dalam unsur intrinsik karya sastra? Berikut adalah penjelasan singkatnya.
  1. Tema. Tema merupakan gagasan atau ide sebuah karya sastra. Tema harus mampu menjiwai sebuah karya sastra karena tema inilah yang merupakan dasar penulisan sebuah karya sastra. Ada banyak tema yang bisa diangkat ke dalam karya sastra, seperti kisah asmara, pertikaian, dan sebagainya.
  2. Setting atau Latar. Setting atau latar merupakan unsur karya sastra yang mampu menunjukan di mana, kapan, dan bagaimana sebuah peristiwa dalam karya sastra itu berlangsung. Setidaknya terdapat tiga macam setting dalam sebuah karya sastra, yakni latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
  3.  Alur atau Plot. Alur atau plot merupakan jalan cerita dalam sebuah karya sastra. Wujud alur dalam karya sastra biasanya berupa jalinan peristiwa atau sekuen yang memperlihatkan koherensi atau kepaduan tertentu. Kepaduan alur dalam sebuah karya sastra diwujudkan oleh hubungan tokoh, tema, sebab akibat, atau ketiganya. Setidaknya terdapat tiga jenis alur dalam karya sastra, yakni alur maju, alur mundur, dan alur campuran.
  4. Tokoh, Penokohan, dan Karakter. Tokoh merupakan sosok atau individu rekaan yang menjalankan seluruh peristiwa dalam sebuah karya sastra. Penokohan merupakan penyajian watak atau pencitraan yang ditunjukan oleh setiap tokoh. Sementara karakter adalah sifat yang diperankan oleh tokoh dalam karya sastra.
  5. Konflik. Konflik dalam sebuah karya sastra berarti permasalahan-permasalahan yang dimunculkan dalam sebuah cerita. Terdapat dua jenis konflik yang seringkali ditampilkan dalam sebuah karya sastra, yakni konflik batin dan konflik antarpelaku.
  6. Sudut Pandang atau Point of View. Sudut pandang merupakan penempatan pengarang atau posisi pengarang di dalam sebuah cerita yang dibuatnya. Ada tiga jenis sudut pandang yang bisa digunakan dalamsebuah karya sastra, yakni sudut pandang orang pertama (aku atau saya), sudut pandang orang kedua (menyebut nama), dan sudut pandang orang ketiga (dia atau ia).
  7. Gaya bahasa. Gaya bahasa dalam sebuah karya sastra merupakan cara khas yang digunakan pengarang dalam mengemukakan gagasan, pikiran, dan perasaan melalui pemilihan bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan.
  8. Amanat. Amanat merupakan pesan yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui sebuah karya atau cerita. Dalam sebuah karya sastra, pesan yang seringkali disampaikan pengarang di antaranya pesan moral, pesan agama, dan pesan sosial.
2.    Unsur Ekstrinsik
Selain unsur ekstrinsik, bagus tidaknya sebuah karya sastra ditentuka pula oleh unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik ini merupakan unsur-unsur yang turut memengaruhi karya sastra, tetapi tidak ditampilkan langsung ke dalam ceritanya. Unsur ekstrinsik karya sastra ini meliputi:
  1. Agama pengarang;
  2. Pendidikan pengarang;
  3. Ekonomi pengarang;
  4. Lingkungan tempat tingal pengarang; dan
  5. Kejadian yang terjadi di lingkungan pengarang.
Nah, itulah sekilas penjelasan mengenai unsur pembentuk karya sastra. Selanjutnya kita akan memasuki pembahasan yang lebih terperinci tentang salah satu unsur karya sastra , yakni tentang setting. Yang jadi pertanyaan kemusian adalah, apa sebenarnya peran setting atau latar dalam sebuah karya sastra hingga memerlukan bahasan khusus?
Tanpa banyak basa-basi lagi, penulis akan langsung menyajikan pembahasan tentang setting atau latar  ini guna mengurangi rasa penasaran pembaca. Pembahasan tentang latar ini meliputi hakikat, peran, dan jenis-jenis latar yang mungkin belum diketahui pembaca.

Hakikat Setting dalam Karya Sastra

Ketika berhadapan dengan sebuah karya sastra (fiksi), pada hakikatnya kita sedang berhadapan dengan sebuah dunia. Ya, dunia yang serba mungkin, dunia yang dihuni oleh tokoh, lengkap dengan permasalahannya. Namun, tokoh dalam dunia serba mungkin ini tentunya memerlukan sebuah ruang lingkup berupa waktu, tempat, dan lingkungan lain seperti halnya manusia yang hidup di dunia nyata. Dalam sebuah karya fiksi ruang lingkup ini kemudian dikenal dengan sebutan setting atau latar.
Mengutip pendapat Abram (1981: 175), setting atau latar yang disebut juga sebagai landas tumpu, lebih menyiratkan kepada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Oleh Stanton (1965), latar bersama dengan tokoh dan alur dikelompokkan ke dalam fakta atau cerita. Alasannya tentu saja karena ketiga hal inilah yang akan dihadapi dan diimajinasi oleh pembaca cerita fiksi. Tokoh, alur, dan setting menjadi sangat penting dalam karya sastra karena ketiganyalah yang membentuk cerita secara langsung.

Unsur-unsur Setting atau Latar

Seperti yang sudah diulas secara sekilas tadi, secara umum latar dibagi ke dalam tiga bagian yakni, latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Namun, masih ada dua jenis latar yang sepertinya belum banyak diketahui oleh masyarakat umum. Kedua jenis setting atau latar yang dimaksud adalah latar alat dan anakronisme.
Pada bahasan kali ini, rasanya penulis tidak perlu lagi membahas tiga jenis latar yang sudah diketahui oleh khalayak umum. Apalagi, penjelasan ketiga setting atau latar ini sudah sedikit diulas di atas. Dalam bahasan ini, penulis hanya akan menambahkan dua jenis latar yang belum banyak diketahui masyarakat yang sudah disebutkan tadi. Seperti apa gambaran mengenai kedua jenis latar ini? Berikut pembahasannya.
1.    Latar Alat
Latar alat ialah benda-benda yang digunakan tokoh dalam sebuah karya sastra. Latar tempat biasanya memiliki hubungan langsung dengan suatu lingkungan kehidupan tokoh. Misalnya, buku, pena, buku, laptop, dan KTM merupakan alat-alat yang khas dimiliki mahasiswa. Bisa juga alat-alat seperti sampan, jala, pancing, dan alat-alat lain yang dimiliki oleh nelayan.
2.     Anakronisme
Mungkin banyak di antara pembaca yang asing dengan istilah anakronisme. Padahal, istilah ini tergolong ke dalam unsur setting atau latar dalam karya sastra. Memang, banyak yang tidak mengetahui hal ini mengingat pembaca pada umumnya sudah terpatri oleh pemahaman lama yang hanya menganggap hanya ada 3 jenis setting atau latar dalam karya sastra.
Latar anakronisme ini merupakan gambaran ketidaksesuaian urutan perkembangan waktu dalam sebuah cerita, seperti ketidaksesuaian antara waktu cerita dengan waktu sejarah. Penyebab utama hadirnya anakronisme ini biasanya berupa pemasukkan “waktu” tempo dulu ke dalam cerita yang berlatar modern atau sebaliknya.
Meski jarang terjadi, namun hal ini bisa saja ditemui dalam sebuah karya satra. Misal, hadirnya naga dalam kisah saat ini, atau contoh lainnya berupa penggunaan senjata api, ketika menceritakan kisah kerajaan, dan lain-lain.
Nah, itulah pembahasan mengenai unsur pembentuk karya sastra dan peran setting atau latar dalam karya sastra. Semoga dengan pembahasan ini, pengetahuan Anda semakin bertambah.

Related Post:

Widget by [ Iptek-4u ]

0 komentar:

Posting Komentar

Tulis lah Komentar Yang Berbobot