Bayangan hantu akan muncul dalam pikiran Anda ketika Anda memikirkannya, dan bayangan hantu tidak akan pernah muncul jika tidak pernah Anda pikirkan. Itulah teori pisikologi humanistik yang memandang relalitas berdasarkan persepsi kita. Banyak hal yang dapat dilihat sebagai kenyataan oleh otak kanan, tetapi tidak dimengerti sama sekali oleh otak kiri kita.
Otak
manusia terbagi menjadi dua bagian, yaitu otak kiri dan otak kanan. Ada
lebih dari satu triliun sel yang membentuk jaringan otak kita. Otak
kanan yang sering disebut dengan Oka adalah tempat berkecamuknya emosi,
ia berpikir dengan abstrak, imajinatif, menyeluruh, tempat tersimpannya
gambar dan bentuk, kreatif, dan dapat menyimpan kejadian yang lama yang
disebut long term memory.
Sementara
otak kiri yang biasa disebut Oki adalah bagian otak yang bisa
menganalis, logis, kausalitas, angka, hitungan, kata-kata, namun tidak
bisa menyimpan kejadian yang lama dan disebut dengan short term memory.
Oleh sebab itu, kita bisa lupa dengan nama seseorang, namun kita tak
bisa lupa dengan wajah seseorang. Karena nama disimpan di dalam otak
kiri, sementara wajah disimpan di dalam otak kanan.
Nah, atas
dasar itulah kita harus mempunyai keseimbangan antara otak kiri dan otak
kanan dalam memandang realitas yang ada di hadapan kita tiap hari.
Misalnya, seseorang merasa terganggu dengan bayangan hantu atau bayangan
masa lalu yang menghantuinya, itu disebabkan orang tersebut tidak punya
keseimbangan berpikir.
Dia lebih
banyak menggunakan otak kanan dalam memandang realitas dunia, sehingga
hidupnya terlalu imajinatif dan tidak realisitis. Jika hal ini dibiarkan
pada seseorang orang tersebut mempunyai potensi sakit jiwa yang cukup
besar.
Semua
bayangan hantu atau bayangan tak kasat mata itu tercipta dari otak kanan
yang melihatnya, terlepas dari adanya hantu atau tidak, segala
penampakan yang ada baik yang real maupun non real akan tersimpan di
otak kanan dan dianalis oleh otak kiri.
Jika tidak
ada kesingkronisasian antara otak kanan dan otak kiri maka orang
tersebut akan berpikir kurang logis, sehingga dia bisa mempercayai
hal-hal yang bersifat takhayul. Dan segala sesuatu yang tidak nyata
dianggapnya sebagai hal yang nyata, yang akan terus menghantui
bayangannya sendiri.
Begitu pun
dengan otak kiri, jika manusia terlalu banyak menggunakan otak kiri
dalam mengalisis semua realitas dunia, maka orang tersebut akan menjadi
seorang athesis dan tidak percaya pada semua hal yang sifatnya
metafisika yang bersifat nonmateri, padahal tidak semua hal di dunia ini
tidak bisa diungkap dengan ilmu pengetahuan.
Namun, jika
orang tersebut berpikir dengan otak kiri yang mendominasi dia hanya
akan percaya pada sesuatu yang sifatnya nyata dan bisa dibuktikan.
Semenatara tidak semua hal bisa dibuktikan secara kasat mata, tapi hanya
bisa dibuktikan dengan iman. Jadi keduanya sama-sama memiliki dampak
negatif, itulah perlunya menciptakan otak yang seimbang, agar realitas
tampak sebagai realitas seperti apa adanya. Karena kenyataannya
kehidupan itu berisi kedua unsur yang berbeda itu.
Itulah
fungsinya keseimbangan otak kiri dan otak kanan dalam memandang realitas
dunia agar kita terjebak dalam dunia imajinernya otak kanan dan tidak
terjebak dalam logikanya otak kiri. Sehingga manusia dalam mencermati
dengan bijak setiap penampakan yang nyata dan tidak nyata mengenai
apa-apa yang ada di hadapannya. Otak kiri akan menganlisisnya dengan
logis dan otak kanan memberi abstraksi tentang realitas di luar dunia.
Jika
manusia sudah mampu melihat realitas dunia dengan keseimbangan tersebut
maka orang tersebut dikarenakan manusia normal. Jika Anda termasuk
manusia normal maka Anda akan melihat segala penampakan dunia ini adalah
sebuah realitas yang tak semua dapat dicermati dengan akal.
Hati dan
budi yang luhurlah yang bisa menangkap segala fenomena absurd yang
terjadi di dunia ini. Dan menganggap segala bayangan hantu adalah sebuah
fenomena alam yang masih tersembunyi.
Cara Mengasah Otak Kanan Ketika Otak Kiri Kita Terlalu Dominan
Hampir
semua kurikulum pendidikan kita berpihak pada pertumbuhan fungsi otak
kiri. Akibatnya banyak diantara kita yang terlalu kuat otak kirinya
ketimbang otak kanan. Otak kiri yang mendominasi akan menjadikan orang
sangat meterialistik, segala sesuatu hanya diukur secara kebendaan
semata. Dan sesungguhnya ketimpangan seperti ini bertentangan dengan
tujuan pendidikan Indonesia untuk menciptakan manusia Indonesia
seutuhnya.
Bagian
penting dari pendidikan adalah keselarasan antara kecerdasan intelektual
yang mengacu pada penggunaan otak kiri, dan kecerdasan emosional serta
kecerdasan spiritual yang mengacu pada fungsi kerja otak kanan.
Kesempurnaan yang kerja antara kedua sisi ini diantaranya memunculkan
ide pengembangan otak yang disebut sebagai otak tengah. Inilah yang
dewasa ini makin disadari sebagai kebutuhan pengembangan potensi
manusia.
Untuk
menguatkan kerja otak kanan, dalam upaya mencapai keseimbangan,
latihan-latihan berukut ini sangat membantu. Terutama untuk
mengoptimalkan fungsi otak kanan yang merupakan potensi besar manusia
yang masih terkurung dalam kebiasaan masyarakat kita.
- Mengasah kemampuan imajinasi dengan cerita atau dongeng pada anak-anak dapat mengembangkan kecerdasan otak kanannya. Dengan membaca atau mendengarkan cerita, mereka akan berimajinasi untuk merangkai kenyataan di alam hayal. Selama cerita tersebut berisi hal-hal yang positip dan mendidik, tidak akan berpengaruh negatif apapun selain membantu pertumbuhan kecerdasan emosionalnya, bahkan kecerdasan spiritualnya.
- Mengembangkan spontanitas diri juga sangat membantu kita untuk menguatkan kerja otak kanan. Spontanitas adalah cara berpikir cepat melebihi pikiran sadar sehingga, pikiran sadar kita terlampaui. Saat itulah kita sedang menggunakan kekuatan otak kanan. Spontanitas bekerja seperti kilatan yang sangat cepat tanpa berpikir panjang, menganalisa dan lain sebagainya. Sehingga dorongan keberanian dan keyakinan menjadi landasan bertindak.
- Berdzikir dengan membaca bacaan-bacaan kalimat toyyibah juga sangat berarti untuk menguatkan kerja otak kanan kita. Ketika kita membaca kita membaca atau mengucapkan kalimat-kalimat dzikir itu, sesungguhnya otak kiri kita sedang diistirahatkan. Hal itu karena bacaan dzikir tersebut tidak memerlukan analisa pikiran yang dilakukan oleh otak kiri. Untuk menjangkau hal-hal yang bersifat absurd otak kananlah yang sedang berfungsi.
- Relaksasi dengan berfokus pada pernafasan juga dapat mengembangkan kerja otak kanan lebih baik. Ketika dominasi pikir bergeser ke dominasi rasa maka, saat itulah otak kanan kita muncul sebagai kekuatan berpikir. Pikiran yang tak rasional itulah sejatinya pikiran bawah sadar yang menjadi kerja utama otak kanan kita. semakin sering latihan ini dilakukan maka, otak kanan kita akan semakin peka terhadap berbagai kecerdasan yang bersifat intuisi dan sejenisnya.
Mengasah Kecerdasan Otak Kiri Ketika Otak Kanan Kita Dominan
Agar
keseimbangan terjadi maka, diperlukan juga menguatkan kemampuan otak
kiri saat otak kanan kita terlalu dominan. Hal ini sebagaimana diulas
sebelumnya karena, antara keduanya saling memiliki kelemahannya
masing-masing. Orang yang tidak bisa berpikir secara logis akan sering
menjadi korban perasaanya. Dan ini juga sangat merugikan, dan berpotensi
menjadi kelemahan diri yang tidak diharapkan.
Cara-cara
yang perlu dilakukan untuk menguatkan kerja otak kiri adalah dengan
membiasakan berpikir logis. Membuat perhitungan secara cermat terhadap
hal apa yang dilakukan. Menajamkan analisa dan memberi pertimbangan akal
saat menghadapi sesuatu. Terutama ketika menghadapi kekhawatiran yang
mencemaskan, yang sering kali terpengaruh secara berlebihan oleh
prasangka yang sesungguhnya tidak jelas.
Berpikir
logis sangat membantu melihat segala sesuatu tampak terang, hasilnya
piiran kita mejadi lebih tenang. Banyak sekali masalah yang terjadi
sebenarnya hanya dipicu oleh hal-hal yang tidak perlu, baru kita ketahui
setelah kita mencoba menganalisanya secara logika. Seperti perasaan
bersalah yang berlebihan, padahal kesalahan apapun faktanya bukan
masalah kalau kita tanggapi sebagai hal yang wajar. Terlalu menyalahkan
diri adalah hal yang tidak logis karena, semua orang bisa mengalaminya.
Demikian
juga kecemasan yang dipicu oleh prasangka buruk terhadap prilaku orang
lain. Orang yang serba perasaan akan selalu menanggapi prilaku orang
lain dan mengakaitkannya secara tidak nalar. Itulah biangnya sakit hati
dan perasaan tidak nyaman dan tidak bahagia. Seperti yang sering orang
bilang “ah itu, kan’ perasaanmu saja!” saat itulah kita seharusnya mulai
menggunakan nalar dan logika.
Related Post:
Widget by [ Iptek-4u ]
0 komentar:
Posting Komentar
Tulis lah Komentar Yang Berbobot